Di era digital seperti saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Salah satu platform yang paling populer di kalangan mereka adalah TikTok. Dengan fitur video singkat dan berbagai filter serta musik latar, TikTok menawarkan sarana bagi remaja untuk berekspresi dan berkreasi. Namun, di balik popularitasnya yang luar biasa, muncul fenomena yang memprihatinkan: banyak remaja menggunakan TikTok tanpa memperhatikan nilai, manfaat, atau dampak dari konten yang mereka bagikan.
Fenomena ini ditandai dengan semakin banyaknya konten-konten yang viral bukan karena kualitas atau pesan positif yang disampaikan, melainkan karena hal-hal yang bersifat sensasional, mengundang kontroversi, atau bahkan melanggar norma sosial dan budaya. Remaja cenderung mengejar jumlah like, komentar, dan pengikut tanpa mempertimbangkan apakah konten tersebut bermanfaat, mendidik, atau justru merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kurangnya kesadaran ini bisa berakibat serius. Beberapa remaja tanpa sadar membagikan informasi pribadi, mempertontonkan gaya hidup hedonis, atau bahkan melakukan tantangan berbahaya demi “konten viral”. Dalam jangka panjang, hal ini bukan hanya membahayakan keselamatan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah identitas, ketergantungan pada validasi digital, serta menurunnya kualitas karakter dan empati sosial.
Media sosial, termasuk TikTok, sejatinya dapat menjadi sarana yang luar biasa bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi, menyampaikan ide, dan bahkan menginspirasi perubahan. Banyak juga kreator muda yang memanfaatkan TikTok untuk berbagi ilmu, edukasi, motivasi, hingga kewirausahaan. Sayangnya, konten-konten semacam ini justru seringkali kalah pamor dibanding konten hiburan kosong yang cepat viral.
Untuk mengatasi hal ini, peran keluarga, sekolah, dan lingkungan sangat penting. Orang tua dan guru perlu memberikan pendampingan dan pemahaman tentang etika digital dan pentingnya tanggung jawab dalam bermedia sosial. Remaja juga perlu diberi ruang untuk menyalurkan kreativitas secara sehat, dan diajak berpikir kritis terhadap apa yang mereka konsumsi maupun bagikan di dunia maya.
Pada akhirnya, TikTok dan platform digital lainnya bukanlah masalah, melainkan alat. Yang perlu dibenahi adalah cara penggunaannya. Jika remaja mampu menyadari bahwa setiap konten yang mereka buat bisa memberi pengaruh bagi orang lain, maka media sosial akan menjadi tempat tumbuhnya generasi yang cerdas, kreatif, dan bertanggung jawab.