Mereka bilang itu hanya candaan,
tapi tawa yang dilempar terasa pukulan.
Di balik senyum yang dipaksakan,
ada hati yang perlahan dilupakan.
Bullying bukan sekadar kata,
ia menusuk tanpa darah yang terlihat mata.
Melukai jiwa yang sedang tumbuh,
membuat semangat perlahan runtuh.
“Kau tak cukup baik,” bisik mereka,
hingga suara hati sendiri pun tak percaya.
Setiap ejekan jadi beban,
yang dipikul diam-diam tanpa teman.
Ada yang memilih diam,
bukan karena kuat, tapi karena lelah.
Ada yang tertawa,
untuk menyembunyikan air mata.
Berhentilah jadi penonton bisu,
atau lebih buruk, jadi pelaku.
Karena satu kata bisa menyelamatkan,
dan satu tatapan bisa menghancurkan.
Bullying bukan permainan,
ia bahaya yang nyata dalam kehidupan.
Mari belajar saling menjaga,
karena semua layak merasa berharga.